Sabtu, 08 Desember 2012

Pengembangan Tenaga Kerja



A.      Pengertian.
Pengembangan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi dalam meningkatkan produktivitas pegawai. Oleh karena itu sebelum membahas lebih jauh mengenai pengertian pengembangan pegawai itu sendiri ada baiknya terlebih dahulu kita memahami apa yang dimaksud dengan pengembangan.
Menurut Sinamora (1995:287) mengemukakan pengertian pengembangan (development) adalah :“penyiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi dalam organisasi”. Sedangkan Moekijat (1989 : 2) mengemukakan pengertian pengembangan sebagai berikut : Pengembangan berarti hal-hal yang berlainan bagi ahli dibidang ini, akan tetapi pada dasarnya pengembangan merupakan suatu metode untuk memudahkan perubahan dan pengembangan dalam orang-orang (misalnya dalam gaya, nilai, keterampilan), dalam teknologi (misalnya dalam kesederhanaan yang lebih besar, dalam kompleksitas), dan dalam peranan).[1]
Menurut John soeprihanto (1988:85) yang dimaksud dengan pengembangan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan ekonomi pada umumnya, termasuk peningkatan penguasaan teori pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan-persoalan perusahaan. Dari rumusan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pengembangan merupakan suatu bentuk upaya dan kewajiban setiap manajer, karenanya kebutuhan organisasi dan pegawai itu sendiri. Artinya melalui pegawai yang terampil dan berdisiplin, maka tugas-tugas organisasi akan dapat lebih efektif dan efisien. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara kebutuhan tugas tertentu dengan tingkat kemampuan pegawai tertentu, maka bawahan yang bersangkutan harus ditingkatkan keterampilan dan disiplinnya.merupakan hak dari setiap pegawai.[2]
Pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya ini. Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini. Pendidikan ditujukan untuk memperbaiki kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Menurut Tilaar (1997) bahwa pendidikan mempunyai peranan dan fungsi untuk mendidik seorang warga Negara agar memiliki dasar-dasar karakteristik seorang tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama oleh masyarakat modern, sedangkan pelatihan mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh lapangan kerja. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang semakin besar tingkat kinerja yang dicapai. Dengan demikian pendidikan berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi dengan menekankan pada kemampuan kognitif, afektif dan psychomotor. Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari (Sedarmayanti, 2003).[3]
Menurut Irianto (2001) bahwa nilai-nilai kompetensi seseorang dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembagan dan pelatihan yang berorientasi pada tuntutan kerja aktual dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge dan ability yang secara signifikan akan dapat memberi standar dalam sistem dan proses kerja yang diterapkan.
Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap.[4]
Menurut J.T.Gunawan, (Mondy,R.W. dan Noe,R.M.1996:225) mengemukakan bahwa:”Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu usaha yang terus menerus dan terencana yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan tingkat kecakapan pegawai dan performa organisasi”. Sedangkan Awaloedin ( 1993 : 94 ) berpendapat bahwa : Pengembangan sumber daya manusia dalam arti luas adalah seluruh proses pembinaan untuk meningkatkan kualitas serta taraf hidup manusia dari suatu negara, sedangkan dalam arti sempit pengembangan sumber daya manusia adalah peningkatan pendidikan dan pelatihan atau usaha menambah pengetahuan dan keterampilan sebagai proses yang tanpa akhir, terutama pengembangan diri sendiri.
Selain itu menurut Saydam, mengemukakan pengertian pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut: Pengembangan pegawai (Sumber Daya Manusia), merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.[5]
B.       Beberapa Konsep Tentang Pelatihan Kerja.
Di dalam dunia pelatihan kerja dijumpai banyak konsep-konsep yang telah digunakan, antara lain tentang Sistem Latihan Kerja Nasional yang diberlakukan sejak tahun 1987 dalam sebuah Keputusan Menaker No. Kep. 1331/MEN/87 tentang pola umum pembinaan system latihan kerja nasional. Tetapi dalam hal ini perlu diketahui konsep-konsep yang mendukung system kerja yaitu:[6]
1.      Pandangan Edwin B. Flippo.
            Konsep ini lebih dekat dengan manajemen personalia. Di dalam konsepnya dikemukakan tentang pengembangan individu dan organisasi, pelatihan operasional, pengembangan manajemen, dan kebutuhan manajer dan program pengembangan.
            Pokok-pokok di atas diisi juga dengan berbagai macam metode pelatihan dan pendidikan ditujukan kepada pengembangan yaitu keterampilan untuk mengambil keputusan, keterampilan antar pribadi, pengetahuan tentang pekerjaan baik di tempat kerja maupun latihan kepemimpinan, pengetahuan tentang organisasi, dan pengetahuan umum.
            Konsep Flippo tersebut untuk para eksekutif, namun dapat dipakai dalam program-program pelatihan di mana saja. Hal yang menarik dalam konsep ini ialah adanya 4 metode dasar-dasar yang digunakan yaitu:
a.       Pelatihan di tempat kerja (on the job training)
b.      Sekolah vestibule
c.       Magang (apprenticeship)
d.      Kursus-kursus.
2.      Pandangan Andrew F. Sikula.
            Konsep sikula menggambarkan tentang pelatihan dan pengembangan yang ditinjau dari segi personel administration. Pandangannya lebih menitikberatkan pada proses dan pembagian dalam pelatihan dan pengembangan.
            Pandangan flippo dan sikula ternyata lebih banyak menganut penggunaan OJT dan apprenticeship dalam pelatihan di bidang management personalia yang diterapkan pada bidang-bidang lainnya.
C.       Strategi Pembinaan Pelatihan Kerja.
Strategi pembinaan pelatihan diarahkan agar pelatihan kerja mampu berfungsi memenuhi tuntutan pasar kerja. Hal ini perlu dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan teknologi dan perkembangan pembangunan.[7]
Strategi pelatihan kerja menggunakan pendekatan kesisteman dan dibina secara terpadu, berkesinambungan, berperan secara optimal dan menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, terampil, disiplin dan produktif.
Dalam strategi pembinaan pelatihan dikenal adanya trilogy latihan kerja sebagai berikut:
1)     Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja.
2)     Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3)     Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.
Trilogy latihan kerja di atas merupakan pedoman yang harus dilaksankan tanpa ditawar-tawar lagi. Hal ini perlu didukung oleh aparatur pemerintah yang kuat, dukungan dan peran swasta, dukungan dari penelitian-penelitian untuk memperoleh gambaran yang tepat untuk pelatihan sehingga mengetahui lebih jelas metode, jenis pelatihan, pola perkembangan teknologi dan pembangunan.
D.      Peran Dalam Pengembangan Karir.
Individu, manajer, dan organisasi semuanya memiliki peran dalam pengembangan karir, dan individulah yang harus memikul tanggung jawab untuk karirnya sendiri, menghargai minat keterampilan dan nilai, mencari informasi dan sumber karir, dan secara umum mangambil langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memastikan sebuah karir yang membahagiakan dan memenuhi harapan.[8]
 Dalam organisasi manajer si individu memainkan peran juga. Manajer hendaknya memberikan umpan balik kinerja yang objektif dan tepat waktu, menawarkan penugasan pengembangan dan mendukung serta berpartisipasi dalam pembahasan karir, misalnya. Manajer bertindak sebagai pelatih, penilai, penasehat, dan agen rujukan, misalnya mendengarkan dan menjelaskan rencana karir individual, memberikan umpan balik, menghasilkan pilihan karir, dan menautkan karyawan pada sumber daya organisasi dan pilihan karir.


[1] http://www.repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/241/pdf%202.pdf?sequence=2.
[2] Ibid.
[3] http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2107563571.pdf.
[4] Rukiah, Diktat Manajemen Sumber Daya Insani, 2011.
[5] Gouzali Saydam, Sumber Daya Manusia dan Kinerja (human Resources Management), Jilid 2, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2000), hal. 63.
[6] Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 94-98.
[7] Ibid.
[8] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Prenhallindo, 1998), hal. 46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar